Asal mula nama Pincuran Sakti Rajo Gumoriang
( Putri Lindung Bulan)
Oleh :
Mulfransware Yusda
Nim :
0905113963
Masyarakat Kecamatan Benai percaya
bahwa dahulunya di Benai terdapat sebuah kerajaan yang bernama
Kerajaan Ompek Koto Benai yang diperintah oleh Sutan Benai (Raja Kerajaan Ompek
Koto Benai) yang sekarang disebut sebagai nenek moyang dari suku Paliang Soni
yang ada di Kecamatan Benai. Kebenaran akan hal ini bisa dilihat dari
peninggalan baju barantai Sutan Benai.
Kerajaan Ompek Koto Benai memiliki wilayah kekuasaan
yang meliputi kenegerian Simandolak, Teratak Air Hitam, Benai, dan Siberakun
yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Sungkek Tunggal (Provinsi Jambi) yang
perintahi oleh Rajo Gumoriang.
Di Kerajaan Ompek Koto Benai terdapatlah seorang Putri
yang bernama Putri Lindung Bulan. Putri Lindung Bulan merupakan anak kesayangan
dari Sutan Benai. Putri Lindung Bulan terkenal dengan kecantikannya. Banyak
raja dan para putra mahkota kerajaan tetangga yang suka dan mencintai Putri Lindung
Bulan. Salah satunya raja dari Kerajaan Sungkek Tunggal yakni Rajo Gumoriang
yang terkenal dengan kekejaman dan kesaktiannya.
Rajo Gumoriang menyukai dan sangat mencintai Putri
Lindung Bulan. Suatu hari Rajo Gumoriang datang ke Koto Benai untuk melamar Putri
Lindung Bulan. Namun, lamaran Rajo Gumoriang langsung ditolak oleh Sutan Benai.
Selain Putri Lindung Bulan dan Rajo Gumoriang terpaut usia yang
sangat jauh, alasan penolakan itu juga dikarenakan kekejaman Rajo
Gumoriang yang membuat Sutan Benai tidak suka.
Penolakan ini membuat Rajo Gumoriang merasa terhina
dan kecewa terhadap sikap Sutan Benai. Suatu malam Rajo Gumoriang memerintahkan
anak buahnya untuk menculik Putri Lindung Bulan dari
kerajaannya. Penculikan itupun berhasil.
Keesokan harinya Negeri Ompek Koto Benai digemparkan
oleh berita hilangnya Putri Liduang Bulan. Sutan Benai dan para monti,
dubalang, serta para prajurit telah mencari kemana-mana. Namun, hanya ada
satu petunjuk yang didapat. Petunjuk itu menyatakan bahwa Putri Lindung Bulan diculik
oleh Rajo Gumoriang dan dibawa ke Sungkek Tunggal.
Menanggapi hal ini Sutan Benai mengajak para datuk dan
urang godang Negeri Ompek Koto berkumpul di rumah godang Koto Benai untuk
mencari cara menjemput Putri Lindung Bulan. Akhirnya, disepakati bahwa Putri
Lindung Bulan akan dijemput oleh para dubalang, yakni: dubalang Pengkar dari
Siberakun, Dubalang Itam dari Simandolak, Dubalang Puti Pati Soni Benai,
Dubalang Tangan Godang dari Teratak Air Hitam. Mereka dikenal dengan dubalang
Ompek Koto dan terkenal sebagai pandekar Keramat Silat Rantau Kuantan (silat
siberakun).
Pada malam hari, para dubalang ini mulai berangkat ke
Sungkek Tunggal, setelah sampai di sana mereka meminta secara
baik-baik kepada Rajo Gumoriang agar Putri Lindung Bulan segera dikembalikan.
Namun, Rajo Gumoriang lansung menyuruh ular peliharaannya menyemburkan api ke
arah para dubalang itu. Dengan sigapnya Dubalang Tangan Godang menangkis api
itu dengan telapak tangan saktinya. Melihat hal ini Rajo Gumoriang tercengang.
Ia tidak menyangka serangan ular itu akan mampu ditangkis oleh Dubalang Tangan
Godang. Dengan kecepatan dubalang Pengkar berubah melenting seperti
udang di pinggir sungai dan kemudian menghantam kepala ular itu. Setelah lama
bertarung ular itu pun mati.
Dubalang Puti Pati Soni dan dubalang Hitam berusaha
menangkap Rajo Gumoriang. Setelah terjadi pertarungan sengit barulah Rajo
Gumoriang berhasil ditangkap. Dubalang Tangan Godang mengangkat Putri Lindung
Bulan yang sedang menangis. Akhirnya para dubalang itu membawa Putri Lindung
Bulan dan Rajo Gumoriang ke Koto Benai.
Setelah sampai di Koto Benai mereka disambut dengan
gembira oleh masyarakat negeri Ompek Koto Benai. Sutan Benai merasa senang
melihat putrinya kembali dengan selamat dan langsung menyuruh dayang-dayang mengantarkan
Putri Lindung Bulan ke kamar untuk beristirahat. Kemudian Sutan Benai membawa
Rajo Gumoriang ke tepi sungai Kuantan.
Sebagai Raja yang bijak. Sutan Benai menanyakan
hukuman apa yang diinginkan oleh Rajo Gumoriang untuk menebus
kesalahannya. ”Hukuman apa yang engkau mau, jika maaf yang kau
pinta, maaf pun akan kami beri” tanya Sutan Benai.
Lalu Rajo Gumoriang menjawab ” Pantang bagi hamba
meminta maaf. Sebab di negeri ini yang bersalah haruslah dibunuh, yang berlaku
curang harus dihukum. Sebab orang jatuh karena panjatnya, orang hanyut karena
renangnya. Jadi hanya satu yang hamba minta. Kutuklah hamba menjadi sebuah
pincuran air, agar kelak air yang mengalir ini bisa menjadi minum dan makan
masyarakat Ompek Koto Benai, mudah-mudahan dengan begitu berkuranglah dosa-dosa
hamba”.
Mendengar ucapan itu dengan suara yang keras Sutan
Benai berkata “ Jika itu yang kau mau, maka jadilah engkau sebuah pincuran”,
dengan sekejap mata terlihatlah sebuah pincuran air di pinggir Sungai Kuantan.
Pincuran ini sekarang dikenal dengan Pincuran Sakti Rajo Gumoriang.
Bagi masyarakat Rantau Kuantan nama tepian “Pincuran
Sakti Rajo Gumoriang” mungkin tidak asing lagi. Hal ini dikarenakan setiap satu
tahun sekali di tepian ini selalu diadakan acara Pacu Jalur Rayon 2 untuk
Kecematan Benai. Nama Pincuran Sakti juga dibesarkan oleh nama sebuah jalur
yang berasal dari Pasar Benai. Berdasarkan hal inilah penulis mencoba
menceritakan asal mula nama Pincuran Sakti Rajo Gumoriang. Namun, cerita ini
dituliskan dalam bentuk fiktif belaka.
Sekian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar