Selasa, 28 Mei 2013

Cerita Rakyat dari Kecamatan Benai "Putri Lindung Bulan"

Asal mula nama Pincuran Sakti Rajo Gumoriang
( Putri Lindung Bulan)





Oleh   : Mulfransware Yusda
Nim     : 0905113963

Masyarakat Kecamatan Benai percaya bahwa  dahulunya di Benai terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Ompek Koto Benai yang diperintah oleh Sutan Benai (Raja Kerajaan Ompek Koto Benai) yang sekarang disebut sebagai nenek moyang dari suku Paliang Soni yang ada di Kecamatan Benai. Kebenaran akan hal ini bisa dilihat dari peninggalan baju barantai Sutan Benai.
Kerajaan Ompek Koto Benai memiliki wilayah kekuasaan yang meliputi kenegerian Simandolak, Teratak Air Hitam, Benai, dan Siberakun yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Sungkek Tunggal (Provinsi Jambi) yang perintahi oleh Rajo Gumoriang.
Di Kerajaan Ompek Koto Benai terdapatlah seorang Putri yang bernama Putri Lindung Bulan. Putri Lindung Bulan merupakan anak kesayangan dari Sutan Benai. Putri Lindung Bulan terkenal dengan kecantikannya. Banyak raja dan para putra mahkota kerajaan tetangga yang suka dan mencintai Putri Lindung Bulan. Salah satunya raja dari Kerajaan Sungkek Tunggal yakni Rajo Gumoriang yang terkenal dengan kekejaman dan kesaktiannya.
Rajo Gumoriang menyukai dan sangat mencintai Putri Lindung Bulan. Suatu hari Rajo Gumoriang datang ke Koto Benai untuk melamar Putri Lindung Bulan. Namun, lamaran Rajo Gumoriang langsung ditolak oleh Sutan Benai. Selain Putri Lindung Bulan dan Rajo Gumoriang  terpaut usia yang sangat jauh, alasan penolakan itu juga dikarenakan  kekejaman Rajo Gumoriang yang membuat Sutan Benai tidak suka.
Penolakan ini membuat Rajo Gumoriang merasa terhina dan kecewa terhadap sikap Sutan Benai. Suatu malam Rajo Gumoriang memerintahkan anak buahnya untuk menculik Putri Lindung Bulan dari kerajaannya.  Penculikan itupun berhasil.
Keesokan harinya Negeri Ompek Koto Benai digemparkan oleh berita hilangnya Putri Liduang Bulan. Sutan Benai dan para monti, dubalang, serta para prajurit telah mencari kemana-mana. Namun, hanya ada satu petunjuk yang didapat. Petunjuk itu menyatakan bahwa Putri Lindung Bulan diculik oleh Rajo Gumoriang dan dibawa ke Sungkek Tunggal.
Menanggapi hal ini Sutan Benai mengajak para datuk dan urang godang Negeri Ompek Koto berkumpul di rumah godang Koto Benai untuk mencari cara menjemput Putri Lindung Bulan. Akhirnya, disepakati bahwa Putri Lindung Bulan akan dijemput oleh para dubalang, yakni: dubalang Pengkar dari Siberakun, Dubalang Itam dari Simandolak, Dubalang Puti Pati Soni Benai, Dubalang Tangan Godang dari Teratak Air Hitam. Mereka dikenal dengan dubalang Ompek Koto dan terkenal sebagai pandekar Keramat Silat Rantau Kuantan (silat siberakun).
Pada malam hari, para dubalang ini mulai berangkat ke Sungkek Tunggal, setelah sampai di sana mereka  meminta secara baik-baik kepada Rajo Gumoriang agar Putri Lindung Bulan segera dikembalikan. Namun, Rajo Gumoriang lansung menyuruh ular peliharaannya menyemburkan api ke arah para dubalang itu. Dengan sigapnya Dubalang Tangan Godang menangkis api itu dengan telapak tangan saktinya. Melihat hal ini Rajo Gumoriang tercengang. Ia tidak menyangka serangan ular itu akan mampu ditangkis oleh Dubalang Tangan Godang. Dengan kecepatan dubalang Pengkar berubah melenting  seperti udang di pinggir sungai dan kemudian menghantam kepala ular itu. Setelah lama bertarung ular itu pun mati.
Dubalang Puti Pati Soni dan dubalang Hitam berusaha menangkap Rajo Gumoriang. Setelah terjadi pertarungan sengit barulah Rajo Gumoriang berhasil ditangkap. Dubalang Tangan Godang mengangkat Putri Lindung Bulan yang sedang menangis. Akhirnya para dubalang itu membawa Putri Lindung Bulan dan Rajo Gumoriang ke Koto Benai.
Setelah sampai di Koto Benai mereka disambut dengan gembira oleh masyarakat negeri Ompek Koto Benai. Sutan Benai merasa senang melihat putrinya kembali dengan selamat dan langsung menyuruh dayang-dayang mengantarkan Putri Lindung Bulan ke kamar untuk beristirahat. Kemudian Sutan Benai membawa Rajo Gumoriang ke tepi sungai Kuantan.
Sebagai Raja yang bijak. Sutan Benai menanyakan hukuman apa yang diinginkan oleh Rajo Gumoriang untuk menebus kesalahannya.   ”Hukuman apa yang engkau mau, jika maaf yang kau pinta, maaf pun akan kami beri” tanya Sutan Benai.
Lalu Rajo Gumoriang menjawab ” Pantang bagi hamba meminta maaf. Sebab di negeri ini yang bersalah haruslah dibunuh, yang berlaku curang harus dihukum. Sebab orang jatuh karena panjatnya, orang hanyut karena renangnya. Jadi hanya satu yang hamba minta. Kutuklah hamba menjadi sebuah pincuran air, agar kelak air yang mengalir ini bisa menjadi minum dan makan masyarakat Ompek Koto Benai, mudah-mudahan dengan begitu berkuranglah dosa-dosa hamba”.
Mendengar ucapan itu dengan suara yang keras Sutan Benai berkata “ Jika itu yang kau mau, maka jadilah engkau sebuah pincuran”, dengan sekejap mata terlihatlah sebuah pincuran air di pinggir Sungai Kuantan. Pincuran ini sekarang dikenal dengan Pincuran Sakti Rajo Gumoriang.
Bagi masyarakat Rantau Kuantan nama tepian “Pincuran Sakti Rajo Gumoriang” mungkin tidak asing lagi. Hal ini dikarenakan setiap satu tahun sekali di tepian ini selalu diadakan acara Pacu Jalur Rayon 2 untuk Kecematan Benai. Nama Pincuran Sakti juga dibesarkan oleh nama sebuah jalur yang berasal dari Pasar Benai. Berdasarkan hal inilah penulis mencoba menceritakan asal mula nama Pincuran Sakti Rajo Gumoriang. Namun, cerita ini dituliskan dalam bentuk fiktif belaka.

                                  Sekian





Tidak ada komentar:

Posting Komentar